Tiga Naga Berburu "Cuan" di Seberang Singapura


JAKARTA, KOMPAS.com – Apa menariknya Batam? Bagi investor, pulau di seberang negara Singapura ini punya potensi, dan daya tarik tersendiri. 

Lokasinya strategis, dikelilingi Selat Singapura, dan Laut China Selatan. Harga lahannya masih lebih murah ketimbang kawasan serupa Iskandar di Johor, Malaysia, atau pun Singapura sendiri.

Demikian halnya dengan harga properti yang dinilai masih lebih kompetitif ketimbang kedua kawasan tadi. Ini artinya, Batam menawarkan pertumbuhan investasi menarik. 

“Harga lahan masih sekitar Rp 3 juta-Rp 5 juta per meter persegi untuk residensial dan Rp 10 juta-Rp 17 juta untuk komersial,” ujar Ketua DPD REI Batam Djaja Roeslim. 

Assistant Vice President Strategic Marketing Residential PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) Agung Wirajaya menambahkan, selain harga masih kompetitif, potensi Batam ada pada kematangan infrastrukturnya.

Kendati belum macet, jalan dan jembatan layang dengan kondisi baik sudah tersedia. Begitu pula dengan akses menuju dan dari Bandara Internasional Hang Nadim, ataupun Pelabuhan Batam Center.

“Untuk menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Batam ternyata sudah siap,” tambah Agung.

Potensi lainnya adalah Batam dikenal sebagai kawasan industri. Sejak Gallant Venture Ltd mendapat mandat mengelola salah satu kawasan industri yakni Batamindo Industrial Park, beragam perusahaan multinasional hadir di sini. Sebut saja Jotun, DHL, Valeo, Sansyu, NOK, dan masih banyak lagi.

Perusahaan-perusahaan tersebut mempekerjakan ribuan karyawan yang tentu saja membutuhkan hunian layak, tempat hiburan, pusat pendidikan, pusat aktivitas, ruang komunitas, dan lain sebagainya.

Sementara Batam bagi orang Singapura adalah destinasi wisata yang wajib dikunjungi setelah Bali. Tak heran jika setiap akhir pekan, hari-hari libur, atau hari raya, Batam disesaki turis asal negeri jiran tersebut.

Dok Orchard Park Batam/Facebook Dorongan investasi di Batam memang tak lepas dari kedekatan jarak Batam dan Singapura. Kedua kawasan itu hanya dipisahkan laut sepanjang 25km.

Tingkat hunian hotel saat hari kerja selalu sekitar 50 persen dan akhir pekan atau hari libur di atas 70 persen dengan rata-rata lama menginap atau length of stay (LOS) sekitar 1,8 hari.

Selain potensi, kebijakan amnesti pajak atau tax amnesty juga menjadi stimulus bagi Batam untuk menarik lebih banyak lagi investasi. 

Tiga naga

Mudah dimafhumi jika tiga naga properti sekelas APLN, Ciputra Group, Sinar Mas Land Group mengarahkan haluan pengembangannya ke kawasan Batam.

Tak tanggung-tanggung, mereka mengembangkan properti berbagai jenis guna memenuhi kebutuhan pasar di kawasan ini dengan nilai triliunan Rupiah.

Sinar Mas Land, contohnya, sampai harus menggaet KOP Properties Pte Ltd, mitra asal Singapura, guna memperkuat struktur finansial dan prestise proyek mereka, Nuvasa Bay.

Di atas lahan seluas 228 hektar ini, proyek tersebut mencakup residensial, hotel, vila, pusat perbelanjaan dan komersial, fasilitas hiburan dan lapangan golf 18-hole.

Total gross development value (GDV) Nuvasa Bay tak kurang dari 2 miliar dollar Singapura (SGD) atau ekuivalen dengan Rp 18,9 triliun (kurs Rp 9.461).

Sebagai tahap awal, akan dilansir The Nove pada kuartal I-2017. Ini merupakan produk hunian yang dirancang oleh firma arsitektur Pomeroy Studios yang juga berbasis di Singapura.

CEO Strategic Development and Services Sinar Mas Land Ishak Chandra menuturkan, The Nove menempati area seluas 5 hektar. 

“Lokasinya strategis, dengan jarak tempuh hanya 15 menit dari pusat kota,” ujar Ishak dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (5/12/2016). 

The Nove tahap I dirancang sebanyak 50-80 unit dengan penawaran harga perdana berisar antara Rp 1,2 miliar hingga 1,8 miliar.

Pada tahap pertama ini pula, diluncurkan apartemen 140 unit dengan harga pembukaan sekitar Rp 400 jutaan.

Sementara APLN telah lebih dulu mengembangkan Orchard Park Batam pada 2014 silam. Proyek ini dikembangkan di atas lahan seluas 42 hektar, dengan rencana pembangunan sebanyak 1.200 hunian tapak yang dibagi menjadi enam klaster.

Persea, merupakan klaster premium yang dipasarkan dalam 1 tipe unit Falco dengan ukuran 10×20 meter persegi berjumlah 100 unit.

Adapun klaster Durio dibangun dengan desain façade semi-resor. Terdiri dari tiga tipe unit Carreta 5×17 meter persegi, Criton 7×17 meter persegi, dan Clarias 8×18 meter persegi.

Tak mau kalah dengan Sinar Mas Land, dan APLN. Naga berikutnya yang berburu cuan di Batam adalah Ciputra Group. 

Melalui anak usaha PT Ciputra Residence, PT Citra Graha Pertiwi, mereka menjalin aliansi bisnis strategis dengan PT Supreme Global Investment (SGI) dan PT Batama Nusa Permai.

dokumen ciputra group Area komersial di CitraLand Megah Batam.

Mereka membesut revitalisasi kawasan Nagoya menjadi Nagoya City Walk. Nilai kapitalisasi megastruktur ini bakal menyentuh angka Rp 5 triliun.

Nagoya City Walk merupakan pusat gaya hidup (lifestyle center) yang dikembangkan dengan konsep pembangunan multifungsi atau integrated mixed use development.

Pengembangan ini akan meliputi dua tahap. Tahap pertama adalah dua menara apartemen dan revitalisasi lifestyle center.

Sementara tahap kedua meliputi pembangunan 1 menara apartemen dan pembangunan kembali pusat belanja Nagoya (redevelopment).

Managing Director Ciputra Group Budiarsa Sastrawinata menjelaskan, masuknya Ciputra ke Batam karena kawasan ini menawarkan peluang yang cukup menjanjikan.

“Dalam beberapa tahun terakhir ini Batam didominasi oleh pembangunan perumahan baik landed house maupun hunian vertikal atau apartemen, serta pengembangan pusat gaya hidup,” tutur Budiarsa.

Salah satu distrik komersial dan gaya hidup paling beken adalah Nagoya yang mulai digarap sejak 1971 saat Otorita Batam mulai membuka industrialisasi.

Saat itu, Nagoya berubah menjadi sentra perdagangan modern dan menjadi salah satu kawasan utama perkembangan bisnis di Batam.

Komisaris PT Supreme Global Investment, Soehendro Gautama menambahkan komitmen bersama tersebut akan menjadi landasan bagi revitalisasi sekaligus pengembangan lanjutan kawasan niaga dan hunian tepadu Nagoya.

“Kami berharap strategi pengembangan dan revitalisasi lifestyle center ini menjadi katalis pengembangan Nagoya Batam selanjutnya,” imbuh Soehendro.

Adapun peritel yang telah memberikan konirmasi untuk bergabung dengan Nagoya City Walk di antaranya Duck King, Bebek Tepi Sawah, dan J-Co.

Sebelum merevitalisasi kawasan Nagoya, Ciputra Group sejatinya telah hadir di Batam sejak akhir 2014 lalu melalui CitraLand Megah Batam.

Ini merupakan pengembangan rumah premium seluas 18 hektar. Tipikal hunian yang ditawarkan berdimensi 245 meter persegi, 330 meter persegi, dan 490 meter persegi, dengan luas lahan sekitar 160 meter persegi hingga 280 meter persegi. Harga perdananya dipatok mulai dari Rp 3 miliar per unit.

Selain hunian, proyek tersebut juga dilengkapi dengan ruang komersial, pusat kebugaran, dan juga pusat komersial bernama The Ritz Walk.

properti.kompas.com

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Tiga Naga Berburu "Cuan" di Seberang Singapura"

Post a Comment