Outlook Bisnis Properti 2017: Khusus Sektor Hunian


Hingga kuartal II 2016, pasar kondominium di Jabodetabek tetap stabil dengan tingkat penjualan
kondominium eksisting di Jabodetabek sebesar 98,2% atau sama dengan kuartal sebelumnya. Sementara, tingkat hunian tercatat sebesar 62,5% atau turun 2,1% dari kuartal sebelumnya.

Hal ini diulas secara lengkap Majalah Properti Indonesia (MPI) edisi Desember 2016. Disebutkan sektor perumahan sepanjang tahun 2015 lalu, performa keseluruhan pasar kondominium mengalami sedikit perlambatan dampak pelemahan ekonomi Indonesia. Hal ini pula yang membuat para pembeli mengambil sikap “wait-and-see” sampai keadaan dianggap membaik.

Dalam menanggapi rendahnya permintaan tersebut, developer-developer menawarkan berbagai insentif seperti cara pembayaran yang lebih mudah ditambah dengan diskon yang atraktif dan juga bonus yang menarik. Berdasarkan klasifikasinya, kondominium kelas menengah – bawah masih mendominasi keseluruhan transaksi penjualan proyek dan terbangun, serta berkontribusi hingga 50% dari total penjualan sepanjang tahun 2015 dan 2016.

Penawaran proyek-proyek yang terkonsentrasi di pinggiran Jakarta juga masih tetap mendominasi pasar, sehingga total unit pasokan di Tangerang, Bekasi, Bogor, dan Depok telah melebihi pasokan di Jakarta. Sepanjang kuartal II 2016, misalnya.

Keseluruhan transaksi yang didominasi proyek kelas menengah-bawah mencapai 65,4% dari total transaksi. Sementara, untuk metode pembayaran, satu-sampai tiga tahun memilih metode cicilan bertahap, disusul pinjaman bank, dan tunai keras. Tingkat prapenjualan per segmen secara berurutan adalah 57,7% untuk kondominium kelas menengah-bawah, 67,1% untuk menengah, 57,9% untuk menengah-atas, dan 74,8% untuk atas.

Tingkat penjualan dari proyek apartemen bersubsidi (rusunami) lebih stabil dibandingkan kuartal lalu pada angka 99,1%, dengan tingkat hunian sebesar 73,7%. Tingkat pra-penjualan proyek-proyek ini tercatat pada angka 61,3%.

Pada kuartal II 2016, total pasokan kumulatif kondominium terbangun di Jakarta tercatat sebanyak 181.005 unit, naik 4,8% per kuartal dan 21,3% per tahun. Pada periode yang sama, sebanyak 16 proyek baru diluncurkan ke pasar. Proyek-proyek ini menambah total pasokan kondominium di wilayah Jabodetabek menjadi 203.442 unit.

Dengan rincian, kelas menengah-bawah sebesar 67,7%, kelas menengah-atas (15,8%), kelas menengah (14,9%), dan kelas atas (1,6%). Sementara, berdasarkan lokasi, proyek-proyek ini didominasi oleh Jakarta Utara(43,1%) dan Bogor (18,2%).

Tren harga kondominium terus naik sejalan dengan kenaikan harga tanah di Jakarta. Selama April ke Juni 2016, harga jual rata-rata kondominium di daerah CBD mencapai Rp48.400.000 per m², naik sekitar 5,2% per tahun. Sejalan dengan itu, harga rata-rata kondominium di area primer mengalami kenaikan 7,3% per tahun menjadi Rp41.000.000 per m².

Proyeksi 2017 Terdapat sekitar 152,400 unit pasokan apartemen di Jakarta yang didominasi oleh segmen menengah dan menengah bawah (80%), menengah atas dan atas (19%) dan segmen mewah (1%). Dalam hal permintaan, selling rate relatif stabil di angka 90.18% di kuartal 3 2016, sementara di kuartal sebelumnya berada di posisi 90.96%.

Segmen yang aktif membangun adalah segmen menengah dan menengah- bawah, terutama di suburb/ daerah pinggiran, misalkan 15-30 km dari CBD Jakarta. Sedangkan segmen mewah, dimana produk- produk mereka dikelola oleh operator hotel mewah dana atau sebagai branded residence,mengalami stagnasi khususnya dalam hal pertumbuhan harga.

Pasar hunian sekunder “menekan” harga pasar primer karena relatif bersaing. Hal ini menyebabkan pembeli/ investor mempertimbangkan untuk membeli produk pasar sekunder. Pembeli masih mempertimbangkan beberapa faktor dalam membeli hunian yaitu:

Harga (Value for money), Lokasi, Profi l dan reputasi pengembang, Kondisi traffi c di sekitar, Aksesibilitas ke moda transportasi umum, Konsep Smart City Living di CBD atau prime area tertentu, Facility and Amenity,dan jangkauan terhadap aktivitas- aktivitas seperti edukasi, komersial, rumah sakit dan sebagainya.

Hunian bertingkat alias apartemen menjadi sangat relevan dan populer oleh karena kondisi kemacetan kota serta harga tanah yang tinggi. Harga tanah yang tinggi menyebabkan pengembangan harga rumah tapak menjadi mahal dan pada umumnya terletak di pinggiran dan cukup jauh dari CBD.Oleh karena itu, pembeli banyak yang mempertimbangkan untuk membeli apartemen yang dekat dengan pusat- pusat kegiatan.

Program tax amnesty yang telah diberlakukan oleh pemerintah serta revisi PPh dari 5% menjadi 2.5% diharapkan dapat membangkitkan kembali penjualan di sektor hunian.Hal ini seharusnya dapat dirasakan dalam waktu sekitar satu hingga dua tahun mendatang.

Di masa depan, pengembangan hunian yang dekat dengan stasiun MRT dan LRT akan lebih diincar oleh pembeli karena penghuni lebih cepat untuk mencapai tempat tujuan. Produk-produk hunian di sekitar stasiun MRT dan LRT lebih berpotensi untuk mengalami kenaikan harga yang lebih cepat. (Riz/MPI). Versi digital MPI dapat diakses melalui: http://ift.tt/2ewFNxN .

mpi-update.com

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Outlook Bisnis Properti 2017: Khusus Sektor Hunian"

Post a Comment