Synthesis Group Tetap Agresif di Tengah Lesunya Pasar


Salah satu developer yang terus aktif di saat pasar properti kurang kondusif adalah Synthesis Development. Bahkan, di saat banyak pengembang tiarap, hanya mengandalkan proyek yang sudah berjalan, Synthesis Development terus meluncurkan proyek baru.

Sampai saat ini, Synthesis Development telah mengembangkan 12 proyek properti berbagai jenis.Tentu dengan perhitungan matang tetap agresif di tengah lesunya pasar properti saat ini.

Berpengalaman cukup panjang di kancah bisnis properti Indonesiatermasuk menghadapi situasi krisis ekonomi (krismon) Indonesia pada tahun 2000-an.

Synthesis Development didirikan oleh Budi Yanto Lusli pada tahun 2005. Merupakan hasil salin rupa dari ProLease yang didirikan pria kelahiran Jakarta 1965 ini bersama kawannya yakni Suwito Santoso
pada tahun 1992.

ProLease adalah sebuah perusahaan konsultan properti yang berspesialisasi di bidang konsultasi dan
manajemen pusat perbelanjaan. Kemudian di tahun 2000, ProLease mulai terjun ke bidang property development, di saat ekonomi Indonesia sedang hancur.

Proyek awal adalah pusat perbelanjaan Plaza Semanggi, di Jalan Jend. Sudirman, Jakarta Selatan.
Di proyek pusat perbelanjaan Plaza Semanggi, yang beroperasi mulai tahun 2003, ProLease berkongsi dengan pengembang kakap, antara lain Hari Darmawan Corporation, Agung Podomoro Group, dan Lippo Group.

“Kita satu-satunya proyek high rise yang dikembangkan waktu itu,” kata Budi Yanto Lusli, Presiden Direktur Synthesis Development.Kemitraan dengan grup-grup usaha besar itu membuka peluang kerjasama atau diajak bekerjasama menggarap proyek-proyek berikutnya, baik apartemen
tunggal maupun kawasan terpadu (mixed use).

Selepas proyek Plaza Semanggi, ProLease bersalin rupa menjadi Synthesis Development dan mengembangkan apartemen Casablanca Mansion di Jalan Casablanca, Jakarta Selatan pada tahun
2005.

Sukses dengan perkembangan Casablanca Mansion, Synthesis Development mengembangkan town house De Oaze berlokasi di kawasan Tomang, Jakarta Barat dan apartemen The Lavande di Jalan
Supomo, Tebet, Jakarta Selatan. Terdiri atas 3 menara dan berisi lebih dari 700 unit apartemen, Synthesis Development mengajak Trihatma Kusuma Haliman, pemilik APG.

Setelah sukses bekerjasama di proyek The Lavande, Trihatma mengajak Synthesis Development untuk menggarap proyek mixed use Kalibata City di Jalan Kalibata, Jakar ta Selatan pada tahun 2008. Ini merupakan proyek yang sangat besar bagi Synthesis Development.

Di atas lahan seluas 12 hektar, dibangun 10 menara rusunami dan delapan menara anami yang
merangkum 13.500 unit apartemen dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti kolam renang dan pusat belanja.

Kerjasama dengan APG berlanjut di proyek mixed use City Link di Pasir Koja, Bandung yang berisi mal dan hotel pada tahun 2010 Saat itu Synthesis Development juga bekerjasama dengan Kompas
Gramedia menggarap proyek Nusa Dua Bali Hotel & Convention di Nusa Dua, Bali.

Pada tahun 2012, Synthesis Development, menggarap proyek Bassura City di Jalan Basuki Rahmat, Jakarta Timur. Di atas lahan seluas 4 hektar, dibangun sembilan menara apartemen, berisi 7.000 unit
hunian, yang menyasar segmen menengah yang dilengkapi Mal@Bassura dan hotel. Proyek ini dijadwalkan rampung awal 2017 dengan nilai nilai konstruksi lebih dari Rp1,5 triliun

Fianty R. Gosal, Managing Director Bassura City, mengatakan, profil pembeli sejauh ini
masih 50:50 antara penghuni dan investor. ”Kita akan lihat nanti ketika sudah dihuni
apakah banyak yang disewa, karena potensi di sini juga sangat menjanjikan,” ujar Fianty.

Sementara Mall@Bassura (4,5 lantai) yang resmi beroperasi pada 26 Mei lalu mengusung konsep Lifestyle Family Shopping. Ritel di dalam kawasan Bassura City tersebut hadir untuk memenuhi kebutuhan belanja dan hiburan masyarakat Jakarta dan khususnya penghuni apartemen Bassura
nantinya.”Saat ini okupansi sudah 85% dengan total 130 tenan. Profil penyewa dari beragam segmen seperti Cinema XXI, Superindo, Inul Vizta, aneka merk fesyen serta makanan dan minuman tentunya,” kata Nina Oppusunggu, Centre Director Mall@Bassura.

Saat lesu luncurkan tiga proyek baru

Setelah sukses dengan proyek Bassura City, Synthesis Development meluncurkan tiga proyek baru di tahun 2015-2016, di saat pasar properti melambat dan banyak pengembang tiarap. Di koridor Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Synthesis Development mengembangkan kawasan terpadu Synthesis Square di atas lahan seluas 1,5 hektar yang akan berisi 2 menara perkantoran, dan satu menara apartemen.

Julius Warouw, Managing Director Synthesis Square mengatakan, di luar harga tanah nilai investasi proyek tiga menara ini mencapai Rp1,6 triliun. Saat ini sudah berdiri satu menara boutique offi ce setinggi 16 lantai yang disewakan seharga Rp200 ribu/m2/bulan atau dijual Rp35 juta/m2.

Sementara apartemen yang diberi nama Samara Suites, kata Julius sejak dipasarkan Juni 2016, dari total 292 unit, saat ini sudah terjual 190 unit. Julius mengatakan harga aktual Samara Suites saat ini sekitar Rp33-34 juta per m2 atau naik 13% sejak Juni.

Synthesis Development juga meluncurkan proyek Synthesis Residence Kemang di di Jalan Ampera Raya 1A, Jakarta Selatan yang menawarkan konsep etnik Jawa Modern. Di Synthesis Residence Kemang Show Unit Samara Suites dapat ditemui taman hijau seluas 60% dari total lahan 2 hektar, juga lengkap dengan berbagai fasilitas.

Imron Rosyadi, General Manager Sales & Marketing Synthesis Residence Kemang mengatakan proyek ini akan merangkun 1000 unit dengan tiga tower bernama Arjuna, Nakula, dan Sadewa.

Di akhir tahun 2016, Synthesis Development mulai memasarkan proyek apartemen menengah bernama Prajawangsa City di kawasan Cijantung, Jakarta Timur. Di proyek Prajawangsa City, Synthesis Development bekerjasama dengan Perhimpunan St. Carolus Vereeniging.

Mandrowo Sapto, Managing Director Prajawangsa City mengatakan, Prajawangsa City membidik profesional muda berusia 26 – 30-an tahun. Kalangan ini memiliki daya beli cukup tinggi, namun masih banyak yang menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang konsumtif.

Memiliki delapan tower apartemen se tinggi 23 lantai, Prajawangsa City merangkum 4.000 unit apartemen mulai tipe studio, dua kamar tidur, dan tiga kamar tidur.

“Hingga saat ini tiga tower telah dipasarkan, Tower H terjual 80%, Tower G terjual 60%, dan Tower F terjual 50%,” jelas Mandrowo. Harga yang ditawarkan berkisar Rp11 juta per m2 (di luar PPN). Untuk fasilitas KPA, Synthesis menggandeng tiga bank, yakni Bank Mandiri, Bank BTN, dan Maybank.
Mandrowo mengatakan, ground breaking Prajawangsa City akan dilakukan pada Agustus 2017, sementara serah terima mulai 2019.

Synthesis Development optimistis target pendapatan tahun 2016 senilai Rp1 triliun dapat tercapai. Pasalnya, hingga Agustus 2016, mereka telah mengantongi 70% dari total target tersebut atau Rp700.

Tahun depan Synthesis Development sudah menyiapkan dua proyek baru lagi. Namun Budi belum bersedia menjelaskan lebih detail terkait proyek tersebut. Tapi soal lokasi, satu proyek berada di Jabodetabek dan satu lagi di luar Jabodetabek.

Synthesis juga sudah menyiapkan belanja modal Rp500 miliar di tahun ini untuk pengembangan
proyek dan seluruh dana sudah terserap. Sedangkan untuk tahun depan. perusahaan ini belum menetapkan belanja modal. MPI YS (Versi digital MPI dapat diakses melalui: http://ift.tt/2ewFNxN atau http://ift.tt/2eatRRo lebih praktis dan lebih ekonomis.)

mpi-update.com

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Synthesis Group Tetap Agresif di Tengah Lesunya Pasar"

Post a Comment