Pasar Rumah Menengah di Jakarta Mulai Menggeliat


Majalah Properti Indonesia (MPI) edisi Desember 2016 menurunkan liputan tentang geliat perumahan menengah di jakarta. Disebutkan seiring membaiknya perekonomian Indonesia, kemampuan tingkat konsumsi masyarakat kelas menengah akan membaik.

Peluang akan kembalinya permintaan akan rumah menengah tentunya harus bisa dipenuhi. Geliat rumah menengah dengan harga Rp.1-2 miliar pun nampaknya sudah harus diantisipasi. Beberapa pengembang pun kini kembali bersemangat untuk menawarkan berbagai rumah menengah. Meskipun penjualan rumah di kelas ini sepanjang tahun 2016 mengalami penurunan, namun tidak terlalu signifi kan.

“Tahun ini masih bisa dikatakan sebagai masa pemulihan properti. Siklusnya memang terbaca begitu. Satu investor seperti ‘latah’ mengekor investor lain untuk menunggu kondisi properti stabil lagi,” terang agen properti dari ERA Griya Selaras, Ossy Agusta, seperti dikutip dari Rumah.com.

Kendati demikian, penjualan properti masih laris saja dari sisi konsumen kategori end-user (mem beli
untuk ditempati). Kembalinya daya beli masyarakat kelas menengah membuat mereka yang sedang mencari tempat tinggal tidak ragu lagi untuk membeli rumah.

Terlebih lagi, kondisi pertumbuhan harga rumah pada tahun ini relatif stabil atau tidak berfl uktuasi.
Hal ini dikarenakan para investor masih menunggu waktu yang tepat untuk kembali meramaikan pasar properti. “Prediksi saya investor mulai bergeliat kembali di tahun depan,” tuturnya.

Data dari Indonesia Property Watch (IPW) menunjukkan, sepanjang kuartal III 2016, nilai penjualan perumahan di wilayah Jabodebek-Banten diperkirakan tumbuh 8,1 persen dari kuartal sebelumnya dengan nilai penjualan sebesar Rp1,17 triliun. Executive Director IPW Ali Tranghanda mengatakan, meningkatnya nilai penjualan perumahan sepanjang kuartal III 2016 menandakan pasar perumahan primer mulai bergerak positif, dibandingkan kuartal II 2016 lalu yang masih alami penurunan hingga -13,3 persen.

Ali menambahkan, pada periode Juli hingga September 2016 tingkat jumlah unit yang terjual mengalami kenaikan cukup tinggi yaitu sebesar 11,8 persen. Kenaikan nilai penjualan tersebut secara umum akibat dampak naiknya penjualan di segmen kecil dan menengah.

“Pada kuartal III 2016 nilai penjualan untuk segmen kecil naik 22,1 persen, lalu untuk segmen menengah naik 19,1 persen. Sedangkan untuk segmen atas tekanan masih dirasakan sepanjang periode Juli- September dengan tren turun sebesar -19,8 persen,” kata Ali di kutip dari laman IPW, Senin 17 Oktober 2016.

Ali mengungkapkan, capaian yang terjadi pada kuartal III 2016 ini, sebetulnya telah diprediksi oleh IPW di awal 2015. Di mana prediksinya adalah siklus properti akan melambat hingga kuartal II 2016, khususnya pada nilai penjualan dan akan bangkit kembali pada kuartal berikutnya.

Dalam kesempatan berbeda, analis properti Arsito Bangun Selaras, Torushon Simanungkalit, mengatakan masih tingginya pasar hunian dipicu oleh berbagai faktor. Pertama, rendahnya suku bunga kredit akan mendorong konsumen membeli rumah atau apartemen terutama apartemen menengah ke bawah.

Kedua, setelah hampir dua tahun pro perti lesu sehingga tahun 2017 konsumen akan mulai melakukan pembelian yang tertunda terutama di kalangan end user. Ketiga, backlog sangat besar sehingga menjadi potensi bagi pengembang seiring dengan semakin konsennya pemerintah untuk membenahi segmen ini. Lalu, 2017 adalah saat yang tepat untuk membeli hunian, time to buy karena suku bunga yang sangat menarik untuk membeli hunian.

Kelima, banyaknya gimmick marketing oleh pengembang untuk memudahkan konsumen membelikan pembelian hunian. “Dan yang keenam, down payment yang makin terjangkau konsumen dan juga segmen harga hunian yang disesuaikan pengembang dengan kondisi pasar,” pungkas Torushon.

Ditinjau dari penyebarannya, Jakarta Selatan saat ini menjadi primadona pengembangan rumah tapak dengan konsep Town House. Hal ini cukup dimaklumi, karena pertumbuhan bidang properti di wilayah Jakarta Selatan sebagian besar dipicu oleh pembangunan kawasan bisnis baru dan infrastruktur jalan yang makin memadai.

Mulai dari pembangunan kereta massal cepat (MRT), jembatan layang khusus bus Trans Jakarta koridor XIII Tendean-Ciledug, hingga jembatan layang Kuningan Selatan. Dari segi bisnis, TB Simatupang makin hari makin menunjukkan kharismanya menandingi Sudirman dan Kuningan.

Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada tawaran rumah menengah di kawasan jakarta lainnya. Beberapa pengembang juga menyuguhkan rumah menengah dengan harga kompetitif di Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Meskipun saat ini pengembang besar tengah berbondong-bondong membangun hunian vertikal, namun pesona rumah tapak masih kuat untuk dipenuhi. MPI/MRR. Versi digital MPI dapat diakses melalui: http://ift.tt/2ewFNxN atau http://ift.tt/2eatRRo lebih praktis dan lebih ekonomis.

mpi-update.com

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Pasar Rumah Menengah di Jakarta Mulai Menggeliat"

Post a Comment