Outlook Bisnis Properti 2017: Sektor Perhotelan


Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), okupansi hotel seluruh Indonesia sepanjang 2016 masih lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2014, misalnya, okupansi hotel secara nasional berada di kisaran 65%. Sementara, di tahun 2016, dengan adanya pengampunan pajak, rata-rata okupansi diprediksi bisa mencatat pertumbuhan di atas 2014, atau mencapai 65% hingga 70%.

Majalah Properti Indonesia (MPI) edisi Desember 2016 menurunkan ulasan tentang outlook bisnis properti 2017. Disebutkan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) meyakini tingkat hunian hotel di Indonesia, akan membaik, terutama bila pelaksanaan tax amnesty benar-benar sesuai harapan.

Tingkat keterisian atau okupansi hotel 2016 pasti lebih baik dibandingkan 2015. Pasalnya, okupansi tahun lalu terganggu regulasi pemerintah yang membatasi aktivitas lembaga pemerintahan di hotel. Menurut PHRI, Saat ini, tantangan utama industri hotel saat ini adalah semakin banyaknya pemain baru yang terjun ke bisnis hotel tanpa sungguh memahami situasi pasar.

Padahal, industri hotel saat ini masih dibayang-bayangi kelebihan pasokan. Saat ini, jumlah hotel berbintang di seluruh Indonesia menurut data PHRI mencapai 270.500 unit dan masih akan bertambah 58.000 unit tahun ini. Bila ditambah hotel non-bintang, total hotel bisa mencapai 550.000 unit.

Jakarta sendiri sampai dengan Juni 2016 atau sepanjang kuartal II 2016, setidaknya mendapat tambahan empat proyek hotel baru yang mulai beroperasi. Hal ini membuat suplai kumulatif hotel di Jakarta baik bintang tiga, empat, dan lima berjumlah sekitar 180 hotel.

Pada kategori hotel berbintang tiga, Archipelago International berhasil menambah pasokan sebanyak 131 kamar dengan mengusung brand Harper di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, sekaligus tercatat sebagai hotel Harper pertama di Jakarta.

Selain dari Harper MT Haryono, suplai hotel berbintang tiga juga datang dari pengoperasian Hotel Liberty di kawasan central business district (CBD) yang menyediakan 60 kamar. Dengan demikian, hingga Juni 2016 lalu, total pasokan hotel berbintang tiga di Jakarta adalah sebesar 10.683 kamar.

Proyeksi 2017

Sektor ini merupakan salah satu sektor dengan pengembangan yang cukup agresif oleh karena kota Jakarta merupakan kota bisnis dan juga pariwisata. Hingga kuartal 3 2016, terdapat setidaknya 55,673 kamar atau sejumlah 352 hotel, yang berasal khususnya dari klasifikasi hotel bintang tiga hingga bintang lima, dengan tingkat hunian kamar di kisaran 55-58%. Figure ini diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 58,000 kamar di akhir 2016.

Sejak lima tahun terakhir, hotel pada segmen up-scale mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu sebanyak 5,000 kamar.Beberapa tahun terakhir, pengembangan hotel akhir-akhir ini merupakan fasilitas pendukung dan aset pelengkap di dalam konsep mixeduse development. Oleh karena itu, cukup banyak mixed-use development selain terdiri dari perkantoran, retail dan hunian, juga terdapat hotel di dalamnya.

Jumlah kedatangan wisatawan asing mencapai kisaran 5 juta orang di tahun 2016 yang sebagian masuk melalui beberapa bandara utama yaitu Sukarno- Hatta, Ngurah Rai dan Batam Airport. Bahkan telah dibuka beberapa destinasi internasional yaitu penerbangan langsung ke Cina dan Jepang.

Di antara para wisatawan asing, proporsi terbanyak adalah berasal dari Cina (16%), Malaysia (14%), Jepang (11%) dan Singapore (9%).Sementara, wilayah yang mengalami pengembangan hotel, masih didominasi oleh Jabodetabek serta Surabaya sebagai business cityyang cenderung menggunakan fasilitas MICE.

Sedangkan kota- kota seperti Bandung, Bali dan Jogjakarta merupakan tujuan pariwisata. Seiring dengan perkembangan ecommerce, jasa penjualan tiket pesawat dan vocher pun juga berkembang pesat, khususnya Air BnB yang tidak sekedar menawarkan akomodasi hotel berbintang tetapi juga villa/ akomodasi pribadi yang disewakan dengan harga yang terjangkau, khususnya di Bali dan Lombok.

Jenis akomodasi ini merupakan substitusi kamar hotel yang “menekan” tingkat hunian hotel berbintang secara umum. Pasar perhotelan Bali telah surut oleh karena terlalu banyak pasokan yang “menekan” tingkat hunian. Oleh karena itu, sektor pariwisata mulai bergeser ke Nusa Tenggara, Ambon karena turis mulai banyak melirik obyek- obyek pariwisata lain yaitu Labuan Bajo, Raja Ampat dan sebagainya.

Selain itu, secara umum, faktor keamanan juga berpengaruh terhadap sektor pariwisata Indonesia.Oleh karena itu, index daya saing Indonesia (Travel and Tourism Index Competitiveness) masih berada di peringkat 50, menurut World Economic Forum Report 2015yang menetapkan keamanan sebagai salah satu faktor utama penentuan index tersebut.

Peringkat ini masih jauh di bawah negara berkembang lainnya seperti Malaysia (#25) dan Thailand (#36), namun di atas India (#52) dan Vietnam (#75). (Riz). Versi digital MPI dapat diakses melalui: http://ift.tt/2ewFNxN Lebih praktis dan lebih ekonomis.

mpi-update.com

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Outlook Bisnis Properti 2017: Sektor Perhotelan"

Post a Comment