Untung Masih Ada Pertumbuhan E-Commerce,


Senior Associate Director dari konsultan properti Colliers International, Ferry Salanto mengatakan, di tengah lesunya sektor properti tanah air belakangan ini, pihaknya tetap yakin ada beberapa sektor bisnis yang sedang berkembang dan membutuhkan ruang-ruang kantor baru untuk keperluan operasionalnya.

Majalah properti Indonesia (MPI) mengulas perkembangan bisnis properti akhir tahun. Mengutip Ferry mengungkapkan, sektor yang berpotensi terus alami perkembangan ke depannya adalah bisnis e-commerce. Bisnis yang semakin menjamur di beberapa tempat ini bisa membuat sektor penjualan properti perkantoran kembali bergairah.

“Ke depannya, kami melihat ada tren baru, yaitu start-upcompany (perusahaan perintis) yang bisnisnya berbasis online. Perusahaan start up ini biasanya bisa menjadi trigger (pemicu) penyewaan kantorkantor baru, sesuai berkembangnya bisnis model online ke depannya,” kata dia di Jakarta, Selasa 4 Oktober 2016.

Ferry meyakini, meskipun dampak dari perkembangan bisnis e-commerce mungkin tak terlalu signifikan bagi bisnis properti, tetapi potensi bergairahnya properti perkantoran masih ada dan bisa didorong oleh harga properti yang kian kompetitif lagi ke depannya.

Sebab, ketika pasar lesu dan transaksi semakin menurun, maka otomatis para pelaku usaha di sektor properti juga akan mencari cara, agar bagaimana unit propertinya itu bisa tetap menghasilkan uang. Sebelumnya, pada acara laporan kinerja properti kuartal kedua, Cush man & Wakefield Indonesia memprediksi semakin bisnis e-commerce di Indo nesia akan menggairahkan sub-sektor perkantoran.

Namun, Nurdin Setyawan, Manager Research & Advisory PT Cushman & Wakefield Indonesia, melihat ada pergeseran tren lokasi perkantoran yang ada di sekitar Jakarta. Yaitu, pebisnis yang pada awalnya biasa mencari lokasi operasional perusahaan di dalam gedung perkantoran kini berubah menjadi di ruko atau perumahan.

“Secara fisik, anak muda yang menjalankan bisnis lebih menjauhi untuk menempati gedung perkantoran. Terutama mereka yang bergelut di bisnis e-commerce,” kata Nurdin kepada MPI pada acara Jabodetabek Property Market Update kuartal II.

Hal tersebut, menurut Nurdin, dipengaruhi oleh keinginan para pemilik usaha yang menginginkan konsep kasual terhadap kantornya. Selain itu pebisnis yang notabene merupakan anak muda juga mengharapkan tingkat fleksibilitas yang tinggi.

Sehingga, untuk membuka kantornya di dalam gedung yang mungkin banyak peraturan yang harus dipenuhi, tidak mendukung bisnis mereka yang mengharapkan tingkat operasional yang cepat. Semakin berkembangnya sektor ecommerce ternyata juga memberikan dampak untuk sektor teknologi informasi (TI) dan komunikasi. “Sektor TI dan telekomunikasi sedang ‘booming’, banyak mencari ruang perkantoran,” papar Direktur Riset Cushman&Wakefield Indonesia (konsultan properti internasional) Arief Rahardjo.

Menurut Arief, sejumlah perusahaan “e-commerce” telah ada yang mulai menanyakan mengenai penyewaan ruang kantor, antara lain karena perkantoran dinilai memiliki fasilitas “broadband” internet lebih baik di kantor dibandingkan dengan di daerah perumahan.Akan tetapi, melihat dari skala e-commerce yang sebagian besar masih kecil, laju pertumbuhan permintaan terhadap ruang perkantoran masih jauh di bawah pertumbuhan suplai baru.

Dari data Colliers, Jakarta akan menambah ruang perkantoran seluas 555.181 meter persegi hingga akhir 2016 nanti. Sebanyak 63,2% di antaranya dikontribusi gedung perkantoran di CBD Jakarta. Sementara pasokan baru melonjak, tidak demikian halnya dengan tingkat okupansi. Dalam catatan Colliers Internasional Indonesia, tingkat hunian terus mengalami penurunan menjadi 85,4% per kuartal III-2016.Tentu saja penurunan tersebut berdampak pada harga sewa yang terus tertekan.

Secara triwulanan saja penurunan harga sewa sebesar 4,8% menjadi rata-rata Rp329.448 per meter persegi per bulan. Akibatnya, banyak pemilik dan pengelola ruang perkantoran mengoreksi harga sewa dengan besaran 10% hingga 20%. Bahkan beberapa di antaranya membanderol harga sewa sesuai kesepakatan dengan calon penyewa (tenant).

Hal ini, menurut Ricky Tarore dilakukan oleh para pemilik dan pengelola gedung perkantoran baru dan lama yang tingkat huniannya di bawah 50%.Pertimbangan mereka bersedia menurunkan harga sewa dan melakukan negosiasi harga supaya ada dana masuk untuk merawat gedung.

JLL memproyeksikan harga sewa perkantoran Jakarta akan tetap stabil dalam tiga tahun ke depan dan baru akan menunjukkan tren meningkat pada 2020.Kepala Riset JLL Indonesia James Taylor mengatakan, riset JLL menunjukkan permintaan terhadap ruang perkantoran menunjukkan korelasi yang konsisten dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan.

Permintaan terhadap ruang perkantoran tertekan sangat dalam sejak 2014 lalu seiring pertumbuhan ekonomi yang mulai melambat di level di bawah 5%. Di sisi lain, pasokan ruang perkantoran di kawasan pusat bisnis atau centralbusinessdistrict (CBD) Jakarta tahun ini menyentuh rekor baru dengan total lebih dari 600.000 m2.

Alhasil, tuturnya, harga sewa turun makin signifikan tahun ini dan akan berlanjut cukup lama. Harga sewa perkantoran untuk kelas premium dan kelas A telah mulai menurun sejak awal 2015, sementara kelas B dan C sejak itu menunjukkan tren stabil dan cenderung melemah.

“Harga sewa akan bertahan beberapa tahun ke depan dengan tidak bergerak, khususnya untuk kelas premium dan kelas A. Kami melihat, siklusnya akan pelanpelan mulai meningkat lagi pada 2020 saat permintaan kembali stabil,” tutupnya. . Versi digital MPI dapat diakses melalui http://ift.tt/2eatRRo atau http://ift.tt/2ewFNxN lebih praktis dan lebih ekonomis.

mpi-update.com

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Untung Masih Ada Pertumbuhan E-Commerce,"

Post a Comment