Tahun 2017, REI Optimis Pasar Properti Lebih Baik


Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) menilai sektor properti pada 2016 masih belum menggembirakan, tetapi sinyal pemulihan ekonomi mulai tampak. REI optimistis upaya pemerintah melakukan penyesuaian regulasi dan deregulasi akan berdampak positif terhadap industri properti nasional.

Eddy Hussy, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) REI mengatakan, dari sisi penjualan masih mengalami perlambatan dibandingkan tahun lalu. Secara keseluruhan, hingga September 2016 penjualan properti hanya tumbuh sekitar 8%-10%.

“Secara keseluruhan pertumbuhan penjualan properti semua segmen tidak terlalu tinggi, sekitar 5%. Penjualan properti subsidi segmen menengah bawah yang menggembirakan tahun ini. Sementara penjualan sektor menengah atas masih terkoreksi,” kata Eddy pada acara Media Gathering dengan Forum Wartawan Perumahan Rakyat (Forwapera), Kamis (10/11).

Penjualan rumah subsidi hingga September 2016 naik naik sekitar 37%, sementara penjualan rumah non subsidi atau komersial turun sekitar 11,95%. Secara nominal, total penjualan rumah non subsidi lebih besar dibandingkan rumah subsidi. Sehingga angka agregat secara keseluruhan penjualan properti hanya tumbuh sekitar 5%.

Sementara itu, nilai outstanding KPR/KPA yang tercatat di Bank Indonesia per September 2016 tercatat hanya tumbuh 6,78% secara year on year. Lebih rendah dibandingkan pertumbuhan nilai outstanding KPR/KPA periode yang sama 2015 yang tercatat tumbuh 7,8%.

Eddy menilai, pada 2016 pemerintah berhasil menahan perlambatan penjualan properti tidak turun lebih dalam dengan sejumlah kebijakan yang dikeluarkan melalui Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) maupun di luar PKE. “Jika pemerintah tidak mengambil langkah-langkah cepat dan tepat mungkin perlambatan ekonomi kita bisa lebih dalam, dan pasti akan mempengaruhi sektor properti juga,” kata Eddy.

Di era kepengurusan periode 2013-2016, DPP REI aktif berdialog dan berdiskusi dengan pemerintah. Hasilnya sejumlah regulasi yang disusun oleh pemerintah bersama dengan REI. Regulasi-regulasi tersebut diantaranya terkait dengan Program Sejuta Rumah, penyederhanaan perizinan, perpajakan sektor properti, KIK DIRE, kepemilikan properti oleh orang asing, hunian berimbang dan sejumlah isu lainnya.

Lebih Optimistis

Pada 2017, REI lebih optimistis penjualan properti akan lebih baik. Program Amnesti Pajak yang dicanankan pemerintah terhitung sukses pelaksanaanya. Diharapkan dana yang sudah di deklarasi oleh wajib pajak bisa diinvestasikan ke properti.

Selain ada bebera faktor lain yang membuat outlook sektor propeti di Indonesia menarik. Faktor-faktor tersebut antara lain :

– Pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih baik dan pada 2017 pemerintah menargetkan pertumbuhan 5,3%.
– Indonesia merupakan negara nilai dengan PDB terbesar di kawasan Asia Tenggara. Sementara rasio PDB terhadap KPR Indonesia masih kecil yaitu 2,8% per 2015. Di bawah Singapura yang mencapai 45,9%, Malaysia 37,8%, Thailand 22,3% dan Filipina 3,3%.
– Memiliki bonus demografi, dengan jumlah penduduk terbanyak di Asia Tenggara dan nomor empat di dunia dengan jumlah penduduk sekitar 255 juta jiwa dimana persentase jumlah penduduk usia produktif (15 tahun -64 tahun) mencapai 66,5%. Kebutuhan rumah akan terus meningkat.
– Jumlah kelas menengah terus bertumbuh, dimana peningkatan kualitas hidup akan mendorong penjualan properti dan pengembangan kawasan.
– Harga properti di Indonesia masih cukup rendah dibanding dengan di negara ASEAN lainnya, yang harga sewa dan jual sudah cukup tinggi.
– Pada 2017 pemerintah terus melanjutkan pembangunan infrastruktur sehingga potensi pasar properti diperkirakan masih positif.
– Suku bunga KPR/KPA diperkirakan tahun ini mulai turun, setelah BI mengumumkan mulai menggunakan BI 7-day Reverse Repo sebagai suku bunga acuan, dan mulai berlaku efktif secara tunggal pada 19 Agustus 2016. Bunga KPR/KPR turun akan mendorong penjualan properti. Saat ini BI 7-Day RR berada pada level 4,75% dan diharapakan suku bunga KPR/KPA bisa single digit.
– Relaksasi loan to value (LTV) diharapkan bisa lebih rendah lagi dari ketentuan yang berlaku saat ini, dimana DP untuk rumah pertama bisa 15%. REI berharap DP bisa 10%.
– Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak terlalu volatile atau cenderung stabil di level Rp 13.000-Rp 13.100. Diharapkan bisa membuat harga bahan bangunan impor lebih stabil.
– Inflasi cenderung terkendali dan diperkirakan sesuai target pemerintah di kisaran 5% hingga akhir tahun. Harga BBM cenderung turun dan harga makan juga tidak bergejolak. Artinya daya beli masyarakat masih bisa dipertahankan atau mungkin naik.

Eddy juga menyampaikan akhir November akan dilaksanakan Musyawarah Nasional (Munas) REI ke-XV. Munas merupakan kegiatan organisasi yang dilaksankan setiap tiga tahun sekali untuk memilih Ketua Umum yang baru.

“Saya berharap siapa pun yang akan menjadi Ketua Umum yang baru nanti, akan meneruskan program yang sudah kita jalankan. Selain itu, Ketua Umum dan pengurus-pengurus yang baru harus memperjuangkan apa saja yang masih belum tercapai. Kita ingin Indonesia bisa lebih maju lagi ke depan,” ujar Eddy. YS

mpi-update.com

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Tahun 2017, REI Optimis Pasar Properti Lebih Baik"

Post a Comment